Sebagai guru Bahasa Jawa di SMP Negeri 20 Surabaya, saya memiliki peran dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-murid dengan memanfaatkan paradigma inkuiri apresiatif (IA) di sekolah. Berikut adalah penjelasan mengenai kaitan peran saya dalam konteks tersebut:
>>> Pengajaran Bahasa Jawa dan Filosofi Pendidikan Ki Hajar
Dewantara
Pengajaran Bahasa Jawa dapat menjadi
sarana yang sangat efektif dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hajar
Dewantara. Berikut adalah beberapa cara yang
saya lakukan dalam pengajaran Bahasa Jawa dapat terkait dengan filosofi
pendidikan Ki Hajar Dewantara:
Karya Saya di Majalah Jaya Baya sebagai Media Belajar
Penggunaan
Sastra Jawa sebagai Sarana Pembelajaran
Bahasa Jawa kaya akan sastra, baik itu
dalam bentuk puisi, prosa, maupun drama. Sastra Jawa sering kali mengandung
nilai-nilai kearifan lokal, moralitas, dan nasionalisme yang sejalan dengan
nilai-nilai yang dianut oleh Ki Hajar Dewantara. Sebagai contoh, dalam
karya-karya sastra Jawa seperti tembang macapat, kidung, atau cerita rakyat,
terdapat nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, kesetiaan, dan semangat
gotong royong yang menjadi landasan pendidikan moral Ki Hajar Dewantara.
Pembelajaran
Berbasis Budaya Lokal
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara
menekankan pentingnya menghargai dan memanfaatkan budaya lokal dalam
pembelajaran. Pengajaran Bahasa Jawa dapat menjadi wadah untuk mempelajari dan
mengapresiasi budaya Jawa, termasuk tradisi, adat istiadat, dan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya. Hal ini sesuai dengan prinsip "tut wuri
handayani" Ki Hajar Dewantara, di mana pendidik diharapkan untuk
menghormati dan memberikan dorongan dari belakang kepada murid dalam
mengembangkan potensi mereka.
Berpikir
Kritis melalui Analisis Sastra Jawa
Pengajaran Bahasa Jawa juga dapat
menjadi sarana untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis murid melalui
analisis teks sastra Jawa. Murid dapat diajak untuk memahami, menganalisis, dan
menafsirkan makna dari teks-teks sastra Jawa, serta meresponsnya secara kritis.
Pendekatan ini sejalan dengan prinsip "tut
wuri handayani" Ki Hajar Dewantara, di mana murid saya dorong untuk menjadi subjek belajar yang aktif dan mandiri.
Melalui pemanfaatan pengajaran Bahasa Jawa sebagai sarana untuk
mengapresiasi budaya lokal, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan
memahami nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam sastra Jawa, pendidik
dapat efektif mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Pengajaran Bahasa Jawa bukan hanya sekadar pembelajaran
linguistik, tetapi juga merupakan bagian integral dari pendidikan karakter dan
pengembangan potensi murid sesuai dengan visi Ki Hajar Dewantara untuk
menciptakan generasi bangsa yang berbudaya, berkepribadian, dan berdaya saing.
>>> Pembentukan Profil Pelajar Pancasila melalui Pembelajaran
Bahasa Jawa
Menurut saya pembelajaran Bahasa Jawa dapat menjadi sarana yang efektif
dalam membentuk profil pelajar Pancasila, di mana murid tidak hanya menguasai
kompetensi bahasa Jawa, tetapi juga memahami, menghayati, dan menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa cara
di mana pembelajaran Bahasa Jawa dapat membantu dalam pembentukan profil
pelajar Pancasila:
Berperan sebagai Koordinator P5
Mempelajari
Nilai-Nilai Kebangsaan dalam Sastra Jawa
Sastra Jawa sering kali mengandung
nilai-nilai kearifan lokal dan kebangsaan yang sejalan dengan Pancasila.
Melalui pembelajaran Bahasa Jawa, murid dapat mempelajari teks-teks sastra yang
mengangkat nilai-nilai seperti persatuan, keragaman, keadilan, dan demokrasi.
Dengan memahami dan menginternalisasi nilai-nilai ini, murid dapat menjadi
pelajar yang memiliki kesadaran akan identitas nasional dan komitmen terhadap
kebhinekaan.
Mengapresiasi
Keanekaragaman Budaya dan Bahasa
Pembelajaran Bahasa Jawa juga dapat
membantu murid untuk menghargai dan mengapresiasi keanekaragaman budaya dan
bahasa di Indonesia. Bahasa Jawa memiliki banyak dialek dan variasi yang
mencerminkan keragaman budaya di Jawa. Dengan memahami dan menghargai
keberagaman ini, murid dapat menginternalisasi nilai-nilai Pancasila tentang
persatuan dalam keragaman.
Pembelajaran
Etika dan Moralitas melalui Cerita Rakyat Jawa
Cerita-cerita rakyat Jawa sering kali
mengandung pesan moral dan etika yang dapat membentuk karakter murid. Melalui
pembelajaran Bahasa Jawa, murid dapat mempelajari dan menganalisis cerita-cerita
rakyat Jawa untuk memahami nilai-nilai kebijaksanaan, kejujuran, keberanian,
dan kebaikan hati. Dengan memahami dan menginternalisasi pesan moral ini, murid
dapat menjadi pelajar yang memiliki karakter yang kuat sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.
Berpartisipasi dalam Upacara Adat dan
Tradisi Lokal: Sebagai bagian dari pembelajaran Bahasa Jawa, murid dapat
berpartisipasi dalam upacara adat dan tradisi lokal yang merupakan bagian dari
budaya Jawa. Melalui pengalaman langsung ini, murid dapat memahami nilai-nilai
kearifan lokal yang tercermin dalam upacara adat, seperti rasa hormat kepada
sesama, kerja sama, dan keberanian. Hal ini dapat membantu murid dalam
memperkuat pemahaman mereka tentang nilai-nilai Pancasila.
>>> Penerapan Paradigma Inkuiri Apresiatif untuk Pembelajaran Bahasa Jawa
Penerapan paradigma inkuiri apresiatif
(IA) dalam pembelajaran Bahasa Jawa dapat menciptakan lingkungan belajar yang
memungkinkan murid untuk menghargai keberagaman budaya, mengembangkan
keterampilan berpikir kritis, dan aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Berikut adalah beberapa cara penerapan paradigma inkuiri apresiatif yang saya lakukan dalam pembelajaran Bahasa Jawa:
Penghargaan
Terhadap Keanekaragaman Budaya
Dalam pembelajaran Bahasa Jawa, saya memperkenalkan murid pada berbagai aspek kebudayaan Jawa,
termasuk bahasa, sastra, adat istiadat, dan tradisi. Saya mengajak murid untuk menghargai keanekaragaman budaya ini
dengan mendiskusikan berbagai bentuk ekspresi budaya melalui puisi, dongeng, musik
tradisional, tarian, dan seni rupa Jawa.
Eksplorasi
Teks Sastra Jawa
Melalui paradigma inkuiri apresiatif, murid
dapat didorong untuk mengeksplorasi berbagai teks sastra Jawa, seperti tembang macapat dan cerita rakyat. Saya memberikan kebebasan kepada murid untuk
memilih teks sastra yang menarik minat mereka, kemudian menganalisisnya secara
mendalam. Selama proses eksplorasi, murid dapat diajak untuk bertanya,
menyelidiki, dan merespons teks secara kreatif.
Diskusi
Terbuka dan Dialog
Paradigma inkuiri apresiatif mendorong
terjadinya diskusi terbuka dan dialog antara guru dan murid, maupun antara murid
satu sama lain. Saya sebagai guru Bahasa Jawa dapat memfasilitasi
diskusi tentang teks sastra yang dibaca, memperkaya pemahaman murid tentang
konteks budaya, sejarah, dan nilai-nilai yang terkandung dalam teks tersebut.
Diskusi semacam ini juga dapat membantu murid untuk memahami perbedaan sudut
pandang dan menghargai keberagaman interpretasi terhadap teks sastra.
Proyek
Kolaboratif
Saya merancang proyek kolaboratif di mana murid bekerja secara
bersama-sama untuk mengeksplorasi aspek-aspek kebudayaan Jawa tertentu. Murid dapat bekerja dalam kelompok untuk menyusun pertunjukan
teater berdasarkan cerita rakyat Jawa yang dipilih, atau membuat portofolio
seni yang menggambarkan berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa. Proyek
semacam ini tidak hanya meningkatkan pemahaman murid tentang kebudayaan Jawa,
tetapi juga mengembangkan keterampilan kerja sama dan kepemimpinan.
Refleksi
dan Evaluasi Diri
Penting bagi murid untuk merenungkan
pengalaman pembelajaran mereka secara berkala. Saya mengajak murid untuk merefleksikan proses pembelajaran mereka,
mengidentifikasi pencapaian mereka, serta mengevaluasi tantangan dan hambatan
yang mereka alami. Melalui refleksi dan evaluasi diri, murid dapat
mengembangkan kesadaran metakognitif tentang proses pembelajaran mereka dan
meningkatkan kemandirian belajar.
Dengan menerapkan paradigma inkuiri apresiatif dalam pembelajaran Bahasa Jawa, saya dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang memperkaya, bermakna, dan memberdayakan siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif, kritis, dan menghargai keberagaman budaya. Ini sejalan dengan tujuan pendidikan Bahasa Jawa untuk memperkuat identitas budaya siswa, meningkatkan kompetensi berbahasa, dan mengembangkan apresiasi terhadap warisan budaya bangsa. Maka visi “Mendayagunakan Diri sebagai Guru untuk Menuntun Kodrat Murid”. (*)
No comments:
Post a Comment