Pergelaran wayang kulit sebagai seni tradisi memunyai tiga komponen pendukung yang saling terkait, yaitu seniman dalang, wayang kulit, dan masyarakat. Seniman dalang adalah kreator seni yang bertugas menuangkan ide kreatif ke dalam pergelaran wayang kulit berupa perpaduan nilai-nilai falsafah Jawa dan nilai estetika seni.
Pergelaran wayang akan berjalan baik dan menarik dengan
adanya dalang yang terampil. Pada hakikatnya semua dalang akan mengembangkan
berbagai keterampilan agar bisa menggelar wayang kulit dengan baik dan diterima
oleh penonton. Kenyataan saat ini para penonton akan mengamati dan memberikan
sebutan bagi dalang sesuai dengan keterampilan yang paling menonjol pada diri
dalang tersebut.
Ki Manteb Soedharsono |
Para peneliti wayang kulit menggolongkan seniman dalang kepada
beberapa hal. Sastroamidjojo (1964: 90) mengatakan, seniman dalang digolongkan
menjadi empat, yaitu dalang sejati
yang mengutamakan pergelaran yang penuh filsafat, dalang purba yang menitikberatkan pada cerita yang dapat diterima
penonton, dalang wasesa yang
menitikberatkan pada hal dramatisasi, dan dalang guna yang menitikberatkan pada pakem
pedalangan.
Soetarno (2005: 2) menggolongkan seniman dalang menjadi
empat, yaitu dalang wasis yang cakap
dalam nilai estetika dan isi lakon, dalang pinter
yang cakap dalam garap sanggit catur
atau dramatisasi, dalang apik yang
cakap dalam kandungan ajaran mistik, serta dalang sabet yang cakap dalam gerak wayang kulit.
Pergelaran Wayang Kulit |
Wayang kulit adalah karya seni yang dihasilkan oleh seniman
dalang. Pengertian mengenai wayang kulit ada dua hal, yaitu wayang kulit
sebagai karya seni rupa berupa boneka dari kulit sapi dan kerbau, selain itu
wayang kulit sebagai bentuk pergelaran drama tradisional Jawa yang mengandung
beberapa unsur seni di antaranya seni suara, seni rupa, seni tari, dan seni
sastra.
Pergelaran wayang kulit saat ini dipandang krisis penonton, namun tidak akan berhenti berkembang. Beberapa pergelaran wayang kulit juga
masih terus dilakukan, baik oleh pribadi maupun instansi dengan berbagai tujuan
dan acara. Media elektronik juga masih memunyai perhatian terhadap pergelaran
wayang kulit, misalnya radio masih rutin menyiarkan pergelaran wayang kulit
melalui rekaman yang dipunyai dan tidak terkecuali televisi pada saat-saat
tertentu.
Masyarakat adalah penikmat seni dalam hubungan ini yang
berperan sebagai penikmat sekaligus sebagai kritikus. penonton pergelaran
wayang kulit sekarang ini bisa dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, (1) penonton
yang melihat pergelaran wayang kulit sebagai hiburan semata, (2) penonton yang
melihat pergelaran wayang kulit untuk mendapatkan kesan falsafati, dan (3)
penonton yang melihat pergelaran wayang kulit secara mendalam demi kepentingan
penelitian.
Peringatan Hari Wayang Kabupaten Ponorogo |
Ada hal yang perlu dibanggakan mengenai perkembangan wayang, yaitu anugerah yang telah diberikan atas wayang kepada masyarakat Jawa maupun Indonesia. Lembaga PBB yang menaungi bidang budaya atau UNESCO telah menetapkan wayang sebagai karya agung budaya dunia atau Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 21 April 2004 yang diwakili oleh Ki Manteb Soedharsono di Kota Paris, Perancis dan 7 November sebagai Hari Wayang Dunia. Selain itu Presiden Joko Widodo melalui Keputusn Presiden (Keppres) Nomor 30 pada 17 Desember 2018 menetapkan Hari Wayang Nasional pada tanggal 7 November juga. Selamat hari wayang dunia dan nasional, lestari terus wayang Indonesia! (*)
No comments:
Post a Comment