Pada kesempatan ini mari kita belajar paramasastra Jawa. Apa itu paramasastra? Ya, paramasastra adalah ilmu yang mempelajari mengenai huruf, suku kata, kata, dan kalimat. Namun kali ini kita akan mempelajari ukara tanduk dan ukara tanggap. Mari kita belajar bersama, semangat ya!
UKARA TANDUK
Ukara tanduk adalah kalimat yang predikatnya (wasesane) menggunakan kata kerja
(tembung kriya) tanduk atau
mendapatkan ater-ater anuswara (n-,
m-, ng-, ny-) dan subjek (jejer)
melakukan pekerjaan. Ukara tanduk dalam bahasa Indonesia disebut kalimat aktif. Ukara tanduk dibagi
menjadi dua jenis sebagai berikut.
Ukara Tanduk
Mawa Lesan (Kalimat Aktif Transitif)
Berikut ini contoh ukara tanduk mawa lesan.
- Tono mangan sega.
- Aris nggambar kewan.
- Ani tuku buku.
- Tini njait klambi.
- Siti nandur pari.
- Simbah nulis layang.
- Bapak maca koran.
- Ibu njangan gori.
- Pak Budi ngluku sawah.
- Rudi ngulukake layangan.
Ukara Tanduk
Tanpa Lesan (Kalimat Aktif Intransitif)
Berikut ini contoh ukara tanduk tanpa lesan.
- Budi adus.
- Retno mlaku-mlaku.
- Udin sinau.
- Upik turu angler.
- Sidik rabi.
- Adhiku nangis.
- Ki Manteb Soedharsono ndhalang.
- Sujono ngguyu.
- Para prajurit perang.
- Pak Guru nembang.
UKARA TANGGAP
Ukara tanggap adalah kalimat yang predikatnya (wasesane) menggunakan kata kerja
(tembung kriya) tanggap atau
mendapatkan ater-ater tripurusa (dak-,
kok-, di-) dan subjek (jejer) dikenai
pekerjaan. Ukara tanggap dalam bahasa Indonesia disebut kalimat pasif.
Berikut ini contoh ukara tanggap.
- Segane dipangan Tono.
- Kewane digambar Aris..
- Bukune dituku Ani.
- Klambine dijait Tini.
- Nurul dibonceng Rudi.
- Bale dibuwang Ali.
- Bukuku disilih Widada.
- Tasmu apa wis kokjupuk?
- Klambine kebacut dituku Bayu.
Demikian pembahasan mengenai ukara tanduk dan ukara tanggap,
semoga bermanfaat bagi kita semua. Mari terus melestarikan bahasa dan sastra
Jawa sebagai warisan leluhur bangsa. (*)
No comments:
Post a Comment