Pada kesempatan ini mari kita belajar mengenai isbat, yaitu salah satu kazanah bahasa dan sastra Jawa yang berupa ungkapan. Isbat mirip dengan beberapa bentuk ungkapan lain dalam kazanah bahasa dan sastra Jawa, karena sebagian besar perkembangannya juga disampaikan secara lisan. Sifat lisan yang dimiliki oleh perkembangan ungkapan adalah disampaikan melalui tuturan dari mulut ke mulut, bahkan bisa melintasi batasan generasi dan membentu suatu tradisi dan budaya.
PENGERTIAN ISBAT
Isbat berasal dari bahasa Arab yang artinya ibarat. Bentuk
isbat mirip dengan saloka (ragam basa
rinengga), namun mengandung ilmu gaib dan nasehat mengenai kesempurnaan
kehidupan (kasampurnaning urip atau sangkan paraning dumadi). Ungkapan isbat
berbentuk pepindhan (pengumpamaan)
yang merupakan ajaran kehidupan (ngelmu
tuwa). Maka jika ada maknawi diisbatake
(diisbatkan) artinya diibaratkan.
CONTOH ISBAT
Berikut ini contoh isbat yang bisa kita pelajari secara
bersama-sama.
Kodhok Ngemuli Lenge
Kodhok ngemuli lenge arti secara bahasa adalah katak
menyelimuti lubangnya, namun secara maknawi ungkapan itu memiliki makna sebagai
berikut.
- Kodhok mengumpamakan sebuah jiwa atau sukma
dari seorang manusia.
- Leng adalah pengumpamaan dari sebuah raga
atau badan manusia.
- Ngemuli merupakan pengumpaan dari sebuah
tindakan menjaga, merawat, atau memelihara.
Jiwa manusia itu harus bisa menjaga raganya supaya bisa
berlaku baik sesuai aturan norma dan hukum yang berlaku, sehingga pada akhir
kehidupan manusia itu bisa meninggalkan dunia dengan damai (kasampurnaning
pati).
Manusia hidup di dunia ini bisa jadi sebaliknya, karena
menuruti hawa nafsu sehingga hidupnya akan berorientasi pada kehidupan dunia
atau kebutuhan raga. Beberapa hal yang berkaitan dengan orientasi keduniawian
pada hirup manusia.
- Kagodha endahing donya (tergoda indahnya dunia).
- Kelu marang nimating pangan (hanyut dalam kenikmatan makanan).
- Mblereng marang gebyaring salaka rukmi (silau pada keindahan perhiasan murni).
Ngangsu Apikulan Warih
Ngangsu apikulan warih secara bahasa terdiri dari tiga kata
sebagai berikut.
- Ngangsu artinya mencari air.
- Apikulan adalah piranti atau alat untuk memikul.
- Warih berarti air.
Ngangsu apikulan warih artinya mencari atau mengambil air
menggunakan pikulan yang terbuat dari air. Pengertian secara maknawi ungkapan ngangsu apikulan warih adalah orang yang
mencari ilmu khususnya ngelmu tuwa
sudah seharusnya memiliki dasar terlebih dahulu. Beberapa dasar untuk mencari
ilmu antara lain.
- Wis sok ngengurangi (sudah terbiasa mengurangi orientasi
duniawi menuju ke akhirat).
- Sok prihatin (terbiasa hidup sederhana).
- Sok nggegulang ngresiki ati (berupaya untuk menyucikan hati).
Ketika ungkapan ngangsu
apikulan warih bila dihubungkan dengan kehidupan di sekolah bisa diartikan sebagai berikut. Seorang siswa
atau siswi yang akan mencari ilmu itu harus punya bekal atau dasar terlebih
dahulu mengenai apa yang akan dipelajari di sekolah.
Misalnya:
- Jika siswa atau siswi ingin belajar ilmu ukur ruang, berarti harus sudah memiliki kemampuan di bidang ilmu ukur bidang.
- Jika siswa atau siswi ingin belajar Bahasa Jawa Kuna, berarti harus sudah memiliki kemampuan di bidang Bahasa Jawa Baru.
Amet Geni Adedamar
Pengertian secara bahasa ungkapan ini sebagai berikut.
- Amet artinya mencari.
- Geni adalah api.
- Adedamar berarti pencahayaan.
Amet geni adedamar memunyai arti mencari api
menggunakan pencahayaan. Api adalah sumber cahaya, namun mengapa mencarinya
menggunakan pencahayaan? Ya, secara maknawi ungkapan amet geni adedamar ini sama dengan ngangsu apikulan warih.
Golekana Galihe Kangkung
Ungkapan golekana
galihe kangkung terdiri atas tiga kata sebagai berikut.
- Golekana artinya carilah.
- Galihe adalah kambium.
- Kangkung yaitu tumbuhan kangkung (salah satu
sayuran).
Golekana galihe kangkung secara bahasa artinya carilah kambium
tumbuhan kangkung. Kita mengetahui kalau tumbuhan kangkung itu pohonnya
melompong, lalu bagaimana kita bisa menemukan kambiumnya?
Maka ungkapan golekana
galihe kangkung secara maknawi bisa diartikan ketahuilah sukma atau jiwamu.
Jiwa manusia itu memang bersifat abstrak atau tidak wujud, sehingga sudah tepat
kalau diibaratkan sebuah kambium, sedangkan raga manusia diibaratkan dengan
tumbuhan kangkung.
Apa Isine Bumbung Wungwang?
Ungkapan kali ini berupa kalimat tanya, yaitu apa isine bumbung wungwang? Arti secara
bahasa ungkapan itu adalah apa isi pohon bambu yang kosong? Namun secara
maknawi ungkapan ‘apa isine bumbung
wungwang?’ ini adalah bumbung
wungwang merupakan pengibaratkan raga manusia. Sekarang silakan dijawab apa
isi dari badan atau tubuh manusia?
Mari kita menjawab secara bersama-sama supaya mencapai
kesepakatan. Di dalam tubuh manusia adalah jiwa atau sukma. Jiwa manusia harus
bisa mengendalikan raga manusia. Kita bisa memaknai jiwa manusia orientasinya
pada kehidupan akhirat, sedangkan badan manusia berorientasi pada kehidupan
duniawi.
Golekana Tepake Kuntul Nglayang
Golekana tepake kuntul nglayang arti secara bahasa adalah carilah bekal
kaki kuntul (sejenis bangau) melayang. Ungkapan golekana tepake kuntul nglayang ini mengibaratkan burung kuntul itu
adalah jiwa manusia. Maka arti secara maknawi isbat ini adalah supaya manusia
itu bisa mencari kemana jiwa itu akan pergi, taitu berkaitan dengan ngelmu sangkan paraning dumadi dalam kazanah kesusastraan Jawa.
Berikut ini contoh isbat yang terkandung dalam tembang
macapat.
Ana pandhita akarya wangsit
Mindha kombang angajap ing tawang
Susuh angin ngendi nggone
Lawan galihing kangkung
Wekasane langit jaladri
Isining wuluh wungwang
Lan gigiring punglu
Tapake kuntul anglayang
Manuk miber uluke ngungkuli langit
Kusuma njrah ing tawang
Ngambil banyu apikulan warih
Amet geni sarwi adedamar
Kodhok ngemuli elenge
Miwah kang banyu den kum
Myang dahana murub kabesmi
Bumi pinetak ingkang
Pawana katiyup
Tanggal pisan kapurnaman
Yen anemu senteg pisan anigasi
Kuda ngrap ing pandengan
Ana kayu amurwa sawiji
Wit buwana epang keblat papat
Agodhong mega rumembe
Apradapa kekuwung
Kembang lintang salaga langit
Semi andaru kilat
Woh surya lan tengsu
Asirat bun lawan udan
Apepucuk akasa bungkah pratiwi
Oyode bayu bajra
(Tembang Dhandhanggula Petikan Kidung)
Demikian pembahasan mengenai isbat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Mari selalu melestarikan bahasa dan sastra Jawa sebagai warisan leluhur bangsa. (*)
No comments:
Post a Comment