Bahasa Jawa memiliki beberapa bentuk penyusunan kata sehingga menumbuhkan bentuk yang indah. Ya kita sering mengatakan itu dengan istilah basa rinengga. Kita dulu belajar Bahasa Jawa mengenal banyak sekali jenis basa rinengga, salah satunya yaitu yogyaswara. Apa itu yogyaswara, apa ada hubungannya dengan Yogyakarta? Mari kita belajar bersama.
PENGERTIAN YOGYASWARA
Yogyaswara berasal
dari dua kata yang dijadikan satu, yaitu yogya
dan swara. Yogya artinya pantas atau bagus, sedangkan swara dalam bahasa Jawa disebut uni
atau bunyi. Maka yogyaswara bisa diartikan bunyi yang indah.
CIRI-CIRI YOGYASWARA
Yogyaswara sebagai
jenis basa rinengga dalam bahasa Jawa memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Terdiri atas dua kata atau berbentuk kata ulang
- Memiliki arti laki-laki dan perempuan atau perbedaan gender
- Kata pertama diakhiri huruf /a/ sedangkan kata kedua diakhiri huruf /i/
- Mirip dengan tembung dwilingga salin swara (kata ulang)
CONTOH YOGYASWARA
Berikut ini contoh
kata yogyaswara.
- Dewa-dewi artinya dewa
untuk menyebut dewa laki-laki sedangkan dewi untuk menyabut dewa perempuan.
- Siswa-siswi
artinya siswa untuk menyebut murid laki-laki sedangkan siswi untuk menyebut
murid perempuan.
- Raseksa-raseksi
artinya raseksa untuk menyebut raksasa laki-laki sedangkan raseksi untuk
menyebut raksasa perempuan.
- Bathara-bathari artinya
bathara untuk menyebut dewa laki-laki sedangkan bathari untuk menyabut dewa
perempuan.
- Yaksa-yaksi artinya
yaksa untuk menyebut raksasa laki-laki sedangkan yaksi untuk menyebut raksasa
perempuan.
- Mahasiswa-mahasiswi artinya
mahasiswa untuk menyebut murid laki-laki di perguruan tinggi sedangkan siswi
untuk menyebut murid perempuan di perguruan tinggi.
- Pemudha-pemudhi
artinya pemudha untuk menyebut anak muda laki-laki sedangkang pemudhi untuk
menyebut anak muda perempuan.
- Hapsara-hapsari
artinya artinya hapsara untuk menyebut dewa laki-laki sedangkan hapsari untuk
menyabut dewa perempuan.
- Kedhana-kedhini
artinya sebutan untuk anak pertama yang lahir laki-laki dan anak kedua lahir
perempuan.
Berikut ini contoh
penggunaan kata yogyaswara dalam sebuah kalimat.
- Para pemudha-pemudhi Surabaya padha maju perang lumawan penjajah.
- Mahasiswa-mahasiswi Unesa lagi nindakake KKN.
- Candrane panganten kekarone kaya hapsara-hapsari kaswargan.
- Putrane Pak Budi kae cacah loro lanang lan wadon mula diarani kedhana-kedhini.
- Para yaksa-yaksi ing Praja Alengka padha mapagake prajurit wanara saka Guwa Kiskendha.
Kata yogyaswara
mirip dengan kata ulang atau tembung dwilingga salin swara, namun berikut ini
yang membedakan.
- Yogyaswara merupakan bentuk pengulangan kata yaitu kata pertama diakhiri huruf /a/ sedangkan kata kedua diakhiri huruf /i/ serta mengandung makna laki-laki dan perempuan atau perbedaan gender.
- Dwilingga salin swara merupakan bentuk pengulangan kata yang tidak harus kata pertama diakhiri huruf /a/ sedangkan kata kedua diakhiri huruf /i/ serta tidak mengandung makna laki-laki dan perempuan atau perbedaan gender.
Demikian pembahasan mengenai kata yogyaswara dan perbedaan dengan kata dwilingga salin swara, semoga bermanfaat. Mari melestarikan bahasa dan sastra Jawa! (*)
No comments:
Post a Comment