Tembung garba termasuk dalam bahasa yang indah, karena bentuk ini tidak sesuai dengan susunan kata biasanya. Tembung garba bisa dikategorikan ke dalam basa rinengga. Mari kita belajar bersama mengenai tembung garba.
PENGERTIAN TEMBUNG GARBA
Tembung garba adalah gabungan dari dua kata, yaitu tembung dan garba. Tembung berarti kata, sedangkan garba memiliki dua arti
sebagai berikut.
- Garba berarti perut (guwa garba) dengan penjelasan perut sebagai tempat mengandung bayi.
- Garba yang artinya sambungan, rangkaian, atau gandengan.
Nggarba tembung artinya merangkai dua kata atau
lebih untuk menyingkat atau mengurangi jumlah suku kata.
Tembung garba biasanya digunakan dalam kesusastraan Jawa yang
berbentuk tembang, misalnya tembang
macapat. Hal ini berkaitan dengan aturan atau paugeraning tembang yang bernama guru wilangan. Jika terjadi penyusunan kata yang jumlahnya melebihi
aturan maka untuk menyingkat bisa menggunakan cara nggarba tembung yang ada pada baris tembang tersebut.
CIRI-CIRI TEMBUNG
GARBA
Berikut ini beberapa ciri mengenai tembung garba yang harus
diperhatikan.
- Beberapa tembung garba memiliki ketentuan sebagai berikut.
Misalnya :
Huruf I + a = e, contohnya klambi + an = klamben
Huruf u + a = o, contohnya sepatu + an = sepaton
- Dua kata yang tanpa huruf /y/ kalau dijadikan tembung garba lalu muncul huruf /y/ itu disebut tembung garba sutraye.
Misalnya :
Dupi + entuk = dupyantuk
Sami + arsa = samyarsa
- Dua kata yang tanpa huruf /w/ kalau dijadikan tembung garba lalu muncul huruf /w/ itu disebut tembung garba sutrawam.
Misalnya :
jalu + estri = jalwestri
ratu + agung = ratwagung
- Kata yang digarba dengan kata maha dan kata maha hanya ditulis mah maka disebut tembung garba warga h.
Misalnya :
maha + raja = mahraja (raja agung)
maha + resi + maharsi (resi yang sakti)
- Kata yang digarba itu menurut paramasastra Jawa disebut tembung camboran tugelan.
- Ada beberapa kata yang sebetulnya termasuk tembung garba namun banyak yang menganggap sebagai kata dasar atau tembung lingga.
Misalnya :
srengenge = sang + hyang + we (sang dewa siang)
klabang = kala + abang (hewan kelabang)
tengange = tengah + ing + we (di tengah siang atau hari)
CONTOH TEMBUNG GARBA
Berikut ini contoh tembung garba yang sering digunakan dalam
kesusastraan Jawa.
- Maskwari =
masku + ari (kakak dan adik)
- Kalokengrat =
kaloka + ing + rat (terkenal di dunia)
- Kebwalasan =
kebo + alasan (kerbau liar)
- Yeku = iya + iku (ya itu atau yaitu)
- Lagyantuk =
lagi + entuk (sedang dapat)
- Sedyarsa =
sedya + arsa (mau ke
atau mau akan)
- Tumujweng =
tumuju + ing (menuju ke)
- Jalwestri =
jalu estri (laki-laki – perempuan)
- Lumakweng wuntat =
lumaku + ing wuntat (berjalan di belakang)
- Dhemen-nyar =
dhemen + anyar (suka yang baru)
- Nujwarup =
nuju + urip (kebetulan hidup)
PENGGUNAAN DALAM TEMBANG MACAPAT
Berikut ini contoh penggunaan tembung garba dalam tembang
macapat pada kesusastraan Jawa.
Nahenta gancaring kata
Mangka bebukaning tulis
Karajan Jenggalaretna
Inggih praja Dwarawati
Wenang ingucap bilih
Nagari panjang apunjung
Kang jumeneng narendra
Maha Prabu Arimurti
Ajejuluk Narapati Padmanaba
Wau ta Sri-Naranata
Miyos siniwakeng
dasih
Alenggah dhampar kencana
Pinatik ing sesotyadi
Pepak ander kang nangkil
Sadaya amarikelu
Kang munggwing byantarendra
Putra pangeran dipati
Anom Radyan Samba lelancuran praja
(Abimanyu Kerem : karangan M. Sukir)
Keterangan:
- Narendra =
nara + indra (nara artinya orang indra artinya raja, sehingga narendra adalah
orang yang menjadi raja). Mirip dengan kata narendra yaitu nareswara = nara + iswara (iswara artinya bendara aatau gusti, maka
nareswara adalah orang yang dihargai karena sebagai seorang bendara atau
gusti).
- Siniwakeng = siniwaka
+ ing (duduk dihadap oleh para pejabat kerajaan).
- Sesotyadi =
sesotya + adi (perhiasan yang berharga).
- Byantarendra = byantara + narendra (menghadap raja)
Demikian pembahasan mengenai tembung garba, semoga bermanfaat bagi kita semua. Mari terus melestarikan bahasa dan satra Jawa sebagai warisan leluhur bangsa! (*)
No comments:
Post a Comment