Mata adalah panca indra yang digunakan untuk melihat gambaran atau pemandangan di dunia. Masyarakat Jawa menyebut mata dengan sebutan netra, yaitu dalam ragam bahasa krama. Penggambaran bentuk mata dalam wayang kulit itu memiliki bentuk yang berbeda-beda. Berikut ini penjelasannya.
Mata gabahan adalah bentuk mata wayang kulit yang mirip dengan gabah atau biji padi. Bentuk mata gabahan juga sering disebut liyepan, karena bentuknya mirip dengan mata orang mengantuk. Seseorang yang sedang mengantuk itu tidak bisa membuka mata dengan lebar, namun hanya sempit atau dalam bahasa Jawa disebut liyep-liyep.
Bentuk mata gabahan
dimiliki oleh tokoh wayang kulit Prabu Puntadewa, Raden Janaka, Prabu Kresna,
Adipati Karna, Prabu Rama Wijaya, Raden Lesmana, dan Raden Gunawan Wibisana.
Watak tokoh wayang kulit yang memiliki bentuk mata gabahan adalah halus, berketetapan hati, ketekunan, sigap dalam
peperangan, berguna, pemberani, dan tangkas.
Mata kadhelen
adalah bentuk mata wayang kulit yang mirip dengan dhele atau biji kacang kedelai. Tokoh wayang kulit yang memiliki
bentuk mata kadhelen misalnya Prabu
Baladewa. Karakter tokoh wayang kulit yang memiliki bentuk mata kadhelen adalah pemberani dan tangkas.
Mata kedhondhongan
adalah bentuk mata wayang kulit yang menyerupai buah dhondhong atau kedondong. Bentuk mata kedhondhongan dimiliki oleh tokoh wayang kulit Patih Sengkuni.
Watak tokoh wayang kulit yang memiliki bentuk mata kedhondhongan adalah keruh, dusta, dan penuh tipu daya.
Mata penanggalan
adalah bentuk mata wayang kulit yang mirip dengan rembulan pada penanggalan
pertama atau disebut bulan sabit. Tokoh wayang kulit yang memiliki bentuk mata penanggalan misalnya Bathara Narada.
Watak tokoh wayang kulit yang memiliki bentuk mata penanggalan adalah tidak dapat dipercaya secara penuh.
Mata kelipan atau kolikan adalah bentuk mata wayang kulit
yang hanya kelihatan bulat separuh. Tokoh wayang kulit yang memunyai bentuk
mata kelipan adalah Semar. Wayang
kulit yang memunyai bentuk mata kelipan
memunyai watak pamong yang penuh dengan kasih sayang.
Mata thelengan
adalah perwujudan bentuk mata wayang kulit yang mirip dengan orang marah.
Ketika seseorang sedang marah, kelopak mata akan membuka lebar dan bola mata
akan lebih menonjol ke luar. Masyarakat Jawa menyebut orang yang marah itu
dengan mata yang mentheleng. Tokoh
wayang kulit yang memiliki bentuk mata thelengan,
antara lain Raden Werkudara, Raden Antareja, Raden Gatutkaca, dan Raden
Antasena. Wayang kulit yang memunyai bentuk mata thelengan menggambarkan watak yang sirik, kurang sabar, keras, dan
kaku.
Mata plelengan
adalah bentuk mata wayang kulit yang terbelalak atau kelopak mata terlihat.
Kata plelengan dalam bahasa Jawa berarti
tidak berkedip-kedip. Bentuk wayang plelengan
ini misalnya Raden Dursasana dan Raden Surtayu. Mata plelengan menggambarkan karakter wayang kulit yang kasar, tidak terdidik
atau kurang ajar, tinggi hati, dan nista.
Mata keran atau juling adalah bentuk mata yang menunjukkan letak bola mata yang tidak normal. Letak bola mata pada mata keran bisa saja berkumpul di tengah dan di pinggir semua. Bentuk mata keran dimiliki oleh tokoh wayang Gareng. Mata keran merupakan gambaran dari watak lurus dan selalu menjaga arah pandangan. (*)
No comments:
Post a Comment