Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh dalang dalam pergelaran wayang kulit yang disajikan adalah garap pakeliran. Bagian ini menentukan tingkat kualitas dalang dalam pergelaran wayang kulit dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pergelaran wayang kulit.
Menurut Soetarno (2005: 5) garap pakeliran adalah kemampuan dalang untuk memanfaatkan
unsur-unsur pakeliran sebagai sarana
menyampaikan nilai estetika atau keindahan dan nilai pesan atau isi lakon kepada penonton. Setiap dalang
berkewajiban untuk memunyai garap
pakeliran yang baik, sehingga pergelaran wayang yang disajikan bisa
diterima oleh masyarakat yang menonton.
Garap pakeliran terdiri dari dua kata, yaitu garap dan pakeliran. Garap adalah suatu proses untuk memperlakukan sesuatu dengan tujuan tertentu, sedangkan pakeliran adalah pergelaran wayang kulit. Garap pakeliran menjadi kewajiban dalang sebagai pemimpin untuk memperlakukan semua unsur yang ada di dalam pergelaran wayang kulit. Tujuan garap pakeliran adalah memperlakukan dan memanfaatkan semua unsur yang terdapat di dalam pergelaran wayang kulit untuk menyampaikan nilai estetika dan nilai pesan terhadap penonton.
Nilai estetika adalah kesan keindahan yang didapatkan penonton terhadap pergelaran wayang kulit yang disajikan. Bentuk keindahan dalam pergelaran wayang kulit adalah penampilan fisik unsur-unsur pergelaran wayang kulit dan aktivitas seni yang dilakukan selama pergelaran wayang kulit berlangsung. Bentuk nilai pesan dalam pergelaran wayang kulit adalah nasihat-nasihat yang diberikan oleh dalang selama pergelaran wayang kulit berlangsung dan makna simbolik yang terdapat dalam pergelaran wayang kulit.
Garap pakeliran yang dilakukan oleh dalang merupakan
proses mewujudkan pergelaran wayang kulit secara utuh sebagai bentuk peristiwa
teater. Satoto (2012: 1) mengatakan, peristiwa teater terdapat beberapa tahapan
yaitu penciptaan, garapan, gaya, penyajian, dan penikmatan.
Garap pakeliran dalam tahapan peristiwa teater wayang
kulit merupakan proses tindak lanjut penciptaan dan usaha mewujudkan penyajian
yang dapat dinikmati penonton. Hubungan tahapan-tahapan peristiwa teater itu
adalah berurutan dari awal sampai akhir yang tidak dapat dipentingkan dan
dihilangkan salah satu tahapan .
Berdasarkan tahapan dalam peristiwa teater, garapan bukan
tahapan yang pertama. Kedudukan itu juga sama dengan garap pakeliran dalam pergelaran wayang kulit. Garap pakeliran dihasilkan dari proses pemikiran atau penuangan ide
kreativitas. Fungsi garap pakeliran
adalah untuk mewujudkan ide kreatif untuk menyajikan pergelaran wayang kulit.
Kegiatan garap pakeliran pada umumnya dipimpin oleh dalang, sehingga dari garap pakeliran yang dilakukan akan menunjukkan gaya pedalangan yang dimiliki seorang dalang. Hasil dari proses garap pakeliran adalah sebuah penyajian pergelaran wayang kulit yang dapat dinikmati oleh penonton. (*)
No comments:
Post a Comment