Pada masa pandemi virus corona ini Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Komnas Pendidikan Jawa Timur mengadakan Diklat parenting dengan tema “Menjadi Figur untuk Anak”. Diklat parenting adalah pendidikan dan pelatihan mengenai proses pembelajaran pengasuhan interaksi antara orang tua dan anak yang meliputi aktivitas memberi petunjuk, memberi makan, memberi pakaian, melindungi anak saat mereka tumbuh berkembang.
Pemateri yang dihadirkan dalam Diklat parenting ini antara
lain:
- Kunjung Wahyudi, S.T., M.Si. yang merupakan Ketua Komnasdik Provinsi Jatim.
- Dra. Prihaningsih, M.Si. selaku Sekretaris Komnasdik Provinsi Jatim.
- Bagus Tri Widiantoro, M.Pd.K sebagai Konsultan Perilaku MSU Indonesia.
- Eka Ratnawati, S.Psi yaitu Duta Katahati Jatim.
MENJADI FIGUR UNTUK ANAK PART 1
Diklat
parenting pada part pertama membahas
masalah hubungan orang tua dan anak, guru dan siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebagai orang tua atau guru sebagai berikut:
- Menuruti kemauan anak
- Mendisiplinkan anak dalam kondisi pandemi Covid-19
- Menjaga perasaan hati anak
Waktu
terbanyak yang dimiliki oleh anak adalah bersama dengan keluarganya adalah dalam kisaran 18 jam. Sebagai orang tua, sebaiknya tahu waktu bersama anak. Meskipun ada beberapa waktu yang
dihabiskan anak bersama guru di sekolah atau bersama pengasuh, tetapi masih
lebih banyak waktu bersama orang tua sendiri. Kadang, orang tua lupa
kebersamaan dengan anak. Orang tua milenial lebih banyak menghabiskan waktu
bersama gadget tanpa memperhatikan makna kebersamaan bersama anak.
Sebagai
orang tua dalam kondisi pandemi Covid 19 seperti ini adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki keluarga. Anak akan
lebih baik diajarkan memiliki karakter yang baik dengan kegiatan pembiasaan di
rumah. Misalnya hal kecil yaitu masalah spiritual, berdoa sebelum melakukan kegiatan.
Selain itu kegiatan membersihkan rumah juga merupakan latihan motorik untuk
anak, seperti membantu mencuci piring dan sebagainya. Meskipun ini adalah
aktivitas sepele, namun ini adalah proses pembentukan karakter yang baik dalam
versi anak sebagai suatu permainan, namun berarti untuk jangka panjang yang
telah tersimpan di memori anak.
Baca juga: Strategi Pembelajaran di Masa New Normal
Hal
tersebut juga harus diikuti oleh kebiasaan orang tua sendiri. Jika orang tua
melakukan kebiasaan baik, maka anak otomatis akan mencontohnya. Jangan banyak
melarang hal-hal yang ingin dilakukan anak, hanya saja orang tua harus
memperhatikan bahaya atau tidaknya dan mengondisikan kegiatan yang ingin
dilakukan anak. Intinya, setiap hari anak harus bahagia.
Jangan sampai
menyimpan kemarahan anak, masalah harus selesai dalam satu hari. Bermain
bersama anak juga sangat penting untuk tumbuh kembang anak. Jika jaman sekarang
anak banyak dituntut untuk calistung, kemudian anak merasa bosan, maka ajaklah
anak membaca gambar. Itu adalah teknik awalnya agar tidak mengganggu mental
anak. Banyaklah mengajarkan strategi kehidupan dengan permainan, misal dengan
puzzle, main catur, dan lain-lain sesuai usia anak. Maka suatu saat anak akan
pandai melakukan strategi dalam memecahkan suatu permasalahan. Anak boleh
bermain gadget agar tidak ketinggalan
zaman, namun harus diperhatikan waktu penggunaannya dan butuh pendampingan.
Ada yang
namanya pembagian generasi:
- Generasi baby boomers (1946-1960)
- Generasi X (1961-1980)
- Generasi Y (1981-1994)
- Generasi Z (1995-2009)
- Generasi alpha (2010-2025)
Pada
perbedaan generasi tersebut ada banyak perbedaan pendidikan yang saling
bertemu. Maka kita harus menyesuaikan model pendidikan apa yang baik diterapkan
pada masing-masing generasi tersebut.
Jika ada
permasalahan dengan suami atau istri di rumah, jangan sampai diperlihatkan di depan anak. Karena akan berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa depan. Anak akan menilai suatu figur
orang tua. Anak pasti akan menyimpan figur tersebut dalam benaknya, baik atau
buruk orang tuanya dan tidak menutup kemungkinan bahwa anak akan meniru model
yang dilihatnya. Oleh karena itu, perhatikan betul apa yang seharusnya tidak
diperlihatkan kepada anak.
MENJADI FIGUR UNTUK ANAK PART 2
Mungkin beberapa pertanyaan ini muncul dibenak Anda ketika
menghadapi anak-anak.
- Bagaimana menciptakan rasa nyaman kepada anak ketika di rumah?
- Bagaimana menciptakan suatu keterampilan di sekolah agar menjadi kebiasaan yang baik dalam kehidupan?
Kurikulum
yang dirancang tim di sekolah akan diterapkan di kelas kepada anak dan
diaplikasikan dalam kehidupan anak. Maka guru harus melakukan aktivitas
pembiasaan karakter dalam kegiatan pengaplikasian kurikulum tersebut. Dengan
pembiasaan yang dapat menciptakan suasana gembira maka anak akan dapat menerima
dengan baik pembiasaan tersebut dan akan menjadi karakter anak.
Dalam pengembangan strategi anak, maka harus dipilih metode yang beragam. Guru dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogik. Selain itu guru juga harus mempunyai kepribadian yang baik karena sebagai pendidik guru harus bisa memahami karakter anak yang beragam. Guru juga harus profesional dalam mengembangkan kurikulum tersebut sehingga guru dapat mengemas suatu pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna untuk anak.
Jika dilihat pada pembagian generasi, ada beberapa fakta tentang generasi alpha:
- Penamaan alpha dibuat berdasarkan alfabet yang dipilih karena generasi yang lahir sebelumnya telah menggunakan nama genersi Z
- Anak-anak dari generasi milenial (Gen Y)
- Sekitar 2,5 juta generasi alpha lahir setiap minggu di dunia
- Jumlahnya akan mencapai 2 miliar pada 2025
- Sejak lahir mereka sudah hidup di dunia dengan perkembangan teknologi yang pesat (screen everywhere) yaitu dunia yang sudah mengenal instagram dan Ipad (keduanya diluncurkan pada 2010)
- Alpha secara budaya merupakan percampuran antar-ras dari kedua orang tua
- Mereka kurang terikat pada sejarah keluarga
- Alpha lahir di era teknologi, mereka merasa teknologi adalah bagian dari hidupnya
- Alpha akan lebih sedikit berinteraksi secara tatap muka dan lebih banyak melalui teknologi
- Mereka adalah dan akan terus menjadi gamer yang bersemangat
- Sebagian besar dari mereka akan memiliki karier dan pekerjaan yang tidak ada saat ini
Ada empat
macam pola asuh anak yang harus diperhatikan di antaranya sebagai berikut:
- Otoritatif, seimbang antara tuntutan dan dukungan
- Otoriter, tinggi tuntutan namun tidak ada dukungan
- Permisif, rendah tuntutan namun tinggi dukungan
- Neglectful, tidak ada tuntutan maupun dukungan
Jangan lupa
anak-anak yang dihadapi sekarang ini adalah golongan alpha. Maka beberapa tips dalam menghadapi generasi tersebut adalah sebagai berikut.
- Membangun koneksi 30 menit yang berkualitas dengan anak setiap hari
- Mengajarkan bersyukur, teknologi itu tidak murah
- Mengajarkan bahwa kesalahan adalah bagian dari belajar, adversity
- Tidak mudah memberikan apa yang anak minta
- Batasan mendidik anak generasi alpha
Demikian hasil Diklat parenting yang saya ikuti, semoga ada manfaatnya bagi pembaca. Terima kasih! (*)
No comments:
Post a Comment