SERAT
NAWARUCI
Bagian I, mengenai perjalanan Bima ke Sumur Dorangga
Di kerajaan Gajahoya atau Astina, Prabu Duryudana sedang berdiskusi dengan Pandhita Drona untuk mencelakakan Bima. Setelah itu, Bima datang untuk menemui Pandhita Drona karena ingin diajari Ilmu Kasampurnan. Pandhita Drona menyanggupi permintaan Bima. Namun sebagai syarat untuk mendapatkan ilmu tersebut, Bima harus mencari Tirta Pawitra ke Sumur Dorangga. Di dalam Sumur Dorangga Bima hanya menemukan sepasang ular, dan setelah dibunuh ular tersebut berubah menjadi bidadara dan bidadari bernama Sarambada dan Harnadi.
Bagian II, mengenai perjalanan Bima ke Lapangan Andadawa
Bima kembali ke Gajahoya untuk menemui Pandhita Drona dan
selanjutnya diberi perintah untuk mencari Tirta Pawitra ke Lapangan Andadawa.
Sampai di Lapangan Andadawa, Bima tidak menemukan Tirta Pawitra tetapi
menemukan raksasa yang bernama Indrabahu. Akhirnya terjadi peperangan antara
Bima dan Indrabahu yang dimenangkan oleh Bima. Raksasa Indrabahu berubah wujud
menjadi Bathara Indra dan Bima kembali lagi ke Astinapura.
Bagian IIi, mengenai perjalanan Bima ke Lawa Uddadi
Bima kembali menemui Pandhita Drona dan diberi petunjuk untuk
pergi ke Lawa Uddadi. Sebelum berangkat ke Lawa Uddadi, Bima berpamitan kepada
Dewi Kunti dan saudara yang lain. Bima akhirnya masuk ke Lawa Uddadi tanpa
menggunakan perahu dan segala ilmu (Aji Pangawsya) karena itu merupakan
larangan Pandhita Drona. Bima terombang-ambing di dalam Lawa Uddadi tanpa
sadarkan diri dan baru teringat ketika sampai di sebuah pulau yang indah.
Bagian IV, mengenai Bima menerima ajaran dari Nawaruci
Bima berhasil bertemu dengan Nawaruci dan diberikan ilmu
filsafat dengan berlandaskan Siwaistis, yaitu ilmu mengenai arti kehidupan
manusia, tujuan hidup manusia, kegunaan semua bagian tubuh manusia dan
hubungannya dengan kehidupan, berbagai jenis kematian, ilmu sangkan paraning dumadi, dan sebagainya.
Selanjutnya Nawaruci meminta Bima memasuki tubuhnya dengan cara melalui
telinga. Setelah memperoleh ilmu tersebut, Bima mendapatkan nama baru yaitu
Awirota dan kembali mencari Tirta Pawitra atas petunjuk Nawaruci..
Bagian V, mengenai Bima memperoleh Tirta Pawitra
Bima pergi ke Barunapada yaitu tempat Sang Hyang Baruna, dan
tempat para dewa lainnya seperti Brahmapada, Wisnupada, dan Indrapada. Setelah
itu Bima menuju Amertajiwani sebagi tempat bertapa Siwamurti. Bima dengan
bantuan Nawaruci berhasil mengalahkan Rajapanolah dan dapat masuk Siwamurti dan
menemukan Tirta Kamandalu atau Tirta Pawitra.
Bagian VI, mengenai Bima kembali ke Gajahoya
Bima yang telah memperoleh Tirta Pawitra kembali lagi ke
Gajahoya untuk memberikan Tirta Pawitra kepada Pandhita Drona, namun Pandhita
Drona tidak percaya kalau air yang diberikan oleh Bima itu merupakan Tirta
Pawitra. Pandhita Drona menghina Bima, namun terdengar oleh Nawaruci dan
akhirnya Pandhita Drona dilempar ke Lawa Uddadi. Bima merasa kasihan dan
menolong Pandhita Drona.
Bagian VII, mengenai Bima bertapa
Bima meninggalkan Hastinapura dan pergi ke Pertiwijati untuk
bertapa dengan nama Angkusprana. Bima mengeningkan cipta dengan menjauhkan diri
dari segala sesuatu yang berhubungan dengan duniawi. Bima mendapatkan restu
dari para dewa, termasuk Sang Hyang Pramesthi Guru dan Bathari Uma. Bima
berdiskusi dengan para dewa mengenai kebaikan dan kedurjanaan dengan
berdasarkan Slokagama.
Bagian VIII, Bima mendapat penghormatan dewa
Bima yang tidak tergoda oleh godaan dan berhasil meruwat para dewa, akhirnya mendapatkan penghormatan dari para dewa. Akhir cerita, Bima kembali ke Kerajaan Indraprastha dan diterima dengan baik oleh keluarga.
KAWRUH KASAMPURNAN DALAM SERAT NAWARUCI
Dalam Serat Nawaruci mengandung beberapa
ajaran yang berhubungan dengan tema karya sastra ini, yaitu mengenai Kawruh
Kasampurnan. Nawaruci atau Sang Hyang Acintya memberikan ajaran Kawruh
Kasampurnan kepada Bima.
TEMA SERAT NAWARUCI
Berbakti kepada Orang Tua
Berbakti kepada orang tua itu merupakan dasar untuk
mencari Kawruh Kasampurnan. Manusia hidup di dunis ini tidak boleh melupakan jasa
orang tua, maka sudah sewajibnya kalau harus berbakti kepada orang tua. Ada
paribasan dalam bahasa Jawa yaitu wong tuwa sakloron iku minangka Pangeran kang
katon. Orang tua yang wajib kita hormati yaitu, orang tua di rumah sebagai
jalan manusia terlahir di dunia, mertua yaitu orang tua ketika sudah menikah,
dan guru sebagai orang tua ketika menuntut ilmu di sekolah.
Data yang diambil tersebut menunjukkan sikap bakti yang
dilakukan oleh Bima. Sebagai seorang kesatria, Bima tidak melupakan orang-orang
di sekitarnya yang berjasa kepadanya. Pertama, Bima berbakti kepada ibunya
yaitu Dewi Kunti. Ketika Bima ingin ke Lawa Uddadi, dia pergi berpamitan kepada
Dewi Kunti dan para Pandawa lainnya termasuk Prabu Yudhistira. Kedua, Bima
mempunyai sikap bakti kepada guru yaitu Pandhita Drona. Ketika Pandhita Drona
mendapatkan hukuman dari Nawaruci dengan dilempar ke lautan, hanya Bima yang
bersedia menolong. Dia tidak memperpanjang hinaan yang dilontarkan oleh Pandhita Drona.
Keteguhan Budi
Keteguhan dalam budi pekerti merupakan sikap wajib yang
dimiliki oleh seorang satria. Dalam kehidupan bermasyarakat, seorang bsatria
wajib mengabdikan diri kepada negara. Seorang satria tidak boleh bersikap
miyar-miyur atau ragu-ragu. Bebasan dalam bahasa Jawa, sikap ragu-ragu
diungkapkan dengan esuk tempe sore dhele. Berdasarkan dengan pendirian yang
teguh maka semua pekerjaan akan menjadi lebih mudah dilakukan. Orang yang
mempunyai keteguhan budi tidak akan gampang tegoda oleh rayuan orang lain ,
terutama orang yang tidak bertanggung jawab.
Bima mempunyai tekad yang teguh ketika ingin mencari Kawruh Kasampurnan. Banyak sekali goda yang harus dihadapi olehnya, tidak menutup
kemungkinan dari keluarga sendiri. Dewi Kunti sebagai seorang ibu sangat
mengkhawatirkan keselamatan Bima yang akan masuk ke Lawa Uddadi. Seperti
sewajarnya orang biasa, apabila masuk ke lautan tanpa alat dan sarana sudah
bisa dipastikan akan mati. Melihat hal tersebut, tidak mengurangi keteguhan
hatinya, dia melemparkan ibunya. Hal itu tidak menyurutkan keteguhan hatinya,
walaupun harus menghindarkan diri dari ibunya dengan cara keras karena itu
merupakan jalan terbaik yang harus diambil. Akhir cerita, Bima bisa memperoleh
Kawruh Kasampurnan.
Kepercayaan Dasar Mencari Ilmu
Semua hal yang berkaitan dengan keinginan di dunia ini harus dilakukan dengan bantuan orang lain dan tidak ada yang bisa diraih dengan hanya mengandalkan diri sendiri. Hal yang bisa menjadi contoh yaitu, mencari ilmu. Seseorang yang mencari ilmu harus mempunyai seorang guru yang bisa membimbing dan menunjukkan kebenaran suatu ilmu.
Tidak hanya berhenti di situ
saja, ketika sudah mendapatkan guru yang harus dilakukan yaitu harus mematuhi
semua aturan yang diberikan untuk memperoleh ilmu. Dasar penyampaian hal ini
karena guru sebagai orang tua pasti sangat mengerti apa yang diinginkan oleh
siswanya dan pasti menginginkan siswanya bisa lebih baik dari dirinya sendiri.
Bima mempercayai Pandhita Drona sebagai gurunya tanpa
menaruh rasa curiga apapun. Hal itu terlihat dari data yang diambil. Ketika
Bima mendapatkan petunjuk dari Pandhita Drona untuk mencari persyaratan
pengajaran Ilmu Kasampurnan, maka Bima dengan sigap segera pergi dan tidak ada
keragu-raguan. Padahal dalam beberapa karya sastra dan pertunjukan wayang,
sikap Pandhita Drona adalah ingin mencelakakan Bima.
TOKOH DAN PENOKOHAN SERAT NAWARUCI
- Tokoh dan penokohan juga termasuk dalam struktur cerita Serat Nawaruci. Beberapa tokoh yang ada dalam cerita yaitu seperti berikut.
- Bima sebagai tokoh utama yang mempunyai sifat baik, seperti berbakti kepada orang tua, percaya kepadaa guru, serta mempunyai keteguhan hati dan budi.
- Pandhita Drona merupakan guru Bima yang dikisahkan mempnuyai sifat buruk. Dia merupakan seorang guru yang mengabdikan diri kepada Prabu Duryudana untuk mendapatkan kedudukan dan harus menepati sifat-sifat seorang guru.
- Prabu Duryudana, yaitu sulung dari Kurawa yang menduduki pimpinan kerajaan Astinapura dan mempunyai sifat dur-angkara.
- Nawaruci sebagai tokoh yang melambangkan jati diri Bima yang telah memberikan Ilmu Kasampurnan dan letak Tirta Pawitra.
- Para dewa yaitu Sang Hyang Pramesthi Guru, Bathari Uma, Bathara Indra, Bathara Brahma, Bathara Baruna, Sarambada, Hamadi, dan yang lainnya.
LATAR SERAT NAWARUCI
Latar yang
menonjol sebagai dasar penceritaan dalam Serat
Nawaruci adalah latar tempat. Latar tempat yang ada di dalam Serat Nawaruci
sebagai berikut.
Gajahoya atau Astinapura sebagai kerajaan Prabu Duryudana dan
tempat Pandhita Drona mengabdikan diri.
Tempat-tempat yang dikunjungi Bima dalam mencari Tirta
Pawitra, yaitu Sumur Dorangga, Lapangan Andadawa, Lawa Uddadi dan Pulau Nusa Kambangan.
Kahyangan yang pernah dikunjungi Bima Barunapada sebagai kahyangan
Bathara Baruna, Brahmapada sebagai kahyangan Bathara Brahma, Indrapada minangka
kahyangane Bathara Indra, dan Wisnupada sebagai kahyangan Bathara Wisnu.
ALUT ATAU PLOT SERAT NAWARUCI
Alur yang ada di dalam Serat
Nawaruci ini merupakan alur maju. Urutan alur dimulai dari peristiwa di
Kerajaan Gajahoya ketika Bima menemui Pandhita Drona untuk meminta diajarkan
Ilmu Kasampurnan. Alur selanjutnya diteruskan dengan Bima mencari Tirta
Pawitra yang ke berbagai tempat sesuai dengan petunjuk Pandhita Drona, hingga
akhirnya Bima bisa bertemu dengan Nawaruci di Lawa Uddadi dan menerima Ilmu
Kasampurnan. Setelah mendapatkan Ilmu Kasampurnan, Bima melanjutkan pencarian
Tirta Pawitra. Setelah peristiwa itu, Bima bertapa si Pertijaya dengan nama
Angkusprana. Terakhir ketika tugas Bima selesai maka dia kembali ke Kerajaan
Indraprastha. (*)
Keterangan: dikutip dari makalah Teori dan Penerapan Terhadap Periodisasi Sastra Jawa oleh Bangkit Irmanudin Bahri
No comments:
Post a Comment