Belajar di rumah akibat pandemi virus covid 19 ini sudah berjalan sekitar 4 minggu ini. Kini hadir pembelajaran melalui chanel televisi nasional Indonesia TVRI, tepatnya mulai hari Senin 13 April 2020. Hal yang menarik di antaranya pada hari Rabu 15 April 2020 ini terdapat pembahasan mengenai Ranggawarsita dan Javanologi. Pada tayangan tersebut dibahas tiga hal utama yang saling berkaitan yang terdiri atas, Ranggawarsita, Javanologi, dan Serat Kalatidha.
RANGGAWARSITA
Siapa yang belum kenal Raden Ngabehi Ranggawarsita? Raden
Ngabehi Ranggawarsita, lahir pada tanggal 15 Maret 1802 dengan nama kecil Raden
Bagus Burham. Beliau meninggal dunia pada tanggal 24 Desember 1873, pada usia
71 tahun yang dimakamkan di Kabupaten Klaten Jawa Tengah.
Raden Ngabehi Ranggawarsita adalah pujangga besar di Kasunanan
Surakarta yang memiliki banyak karya. Karya Raden Ngabehi Ranggawarsita antara
lain, Serat Aji Pamasa, Serat Candrarini, Serat Jaka Lodhang, Serat Paramayoga,
Serat Kalatidha, dan masih banyak yang lainnya. Semua karya itu bisa dikatakan
sebagai masterpeace karya sastra Jawa yang patut dibanggakan dan bisa
menyandingkan nama Ranggawarsita dengan filsuf Barat seperti Plato dan
Aristoteles.
JAVANOLOGI
Pada dasarnya javanologi berasal dari dua kata, yaitu “java” yang
berati Jawa dan “logos” yang berarti ilmu, sehingga javanologi bisa diartikan
ilmu pengetahuan mengenai Jawa. Beberapa kemampuan atau kompetensi mengenai
ilmu pengetahuan Jawa antara lain mengenai sumber daya manusia, rencana bangun
(arsitektur), tata ruang, manajemen tatanegara, pertahanan atau persenjataan,
pertanian dan logistik, kesehatan dan pengobatan, metalurgi atau percampuran
logam, maupun aspek kehidupan yang lainnya. Pada jaman penjajahan Belanda,
javanologi dikenal sebagai lembaga yang mendalami seluk beluk masyarakat Jawa
untuk kepentingan mereka, sedangkan saat ini javanologi merupakan lembaga yang
meneliti peradaban dan kebudayaan masyarakat Jawa demi kepentingan pelestarian.
SERAT KALATIDHA
Menariknya kegiatan belajar bersama TVRI pada bagian ini adalah
iringan musiknya yang melantunkan bait ketujuh Serat Kalatidha yang legendaris.
Serat Kalatidha adalah serat yang berisi falsafah atau ajaran hidup karya Raden
Ngabehi Ranggawarsita. Kalatidha berasal dari dua kata, yaitu “kala” berarti
waktu atau jaman dan “tidha” berarti ragu. Karya sastra ini menggambarkan
keadaan jaman yang penuh keraguan. Masyarakat juga banyak yang menyebut bahwa
kalatidha adalah jaman edan, mungkin melihat ungkapan Raden Ngabehi
Ranggawarsita di dalam karya sastra tersebut, yaitu terdapat pada bait ketujuh.
Ada bagian Serat Kalatidha yang relevan untuk dipahami berkaitan
dengan keadaan saat ini, yaitu pada bait kelima.
Ujaring panitisastra
Awewarah asung peling
Ing jaman keneng musibat
Wong ambeg jatmika kontit
Mengkono yen niteni; Pedah apa amituhu
Pawarta lolawara
Mundhuk angreranta ati
Angurbaya angiket cariteng kuna
Makna dari bait kelima sebagai berikut:
Menurut para ahli sastra, sebenarnya sudah ada peringatan bahwa di jaman yang penuh musibah ini orang yang berbudi akan ditinggalkan. Demikian pula kalau kita perhatikan, apa manfaatnya percaya pada desas-desus, lebih baik menulis kisah-kisah lama.
Jika belum melihat tayangan secara lengkap silakan lihat di sini"
No comments:
Post a Comment